" Welcome To *** yohan weers Blog's ***. . ."

Minggu, 25 April 2010

Jangan-jangan kita sudah menjadi Keluarga Besar Fir’aun (Ali Fir’aun)

Sahabatku, di antara nikmat Allah yang besar kepada kita adalah DIA telah menempatkan kita pada suatu negeri dengan kekayaan yang berlimpah. Begitu indahnya negeri ini sehingga bangsa lain menyebut pulau-pulau di Indonesia sebagai “surga yang terbuang”, sebagai “untaian zamrud di Khatulistiwa”.

Kemudian, selama puluhan tahun, dengan izin Allah kita hidup cukup makmur. Begitu makmurnya sehingga bangsa lain melihat negeri kita sebagai salah satu “macan Asia yang sedang bangkit.” Kita dicukupi dalam sandang, pangan dan papan.

Tiba-tiba kemakmuran yang kita bangun dengan susah payah diporakporanda­kan oleh berbagai bencana yang seperti tidak pernah selesai. Belum selesai kita memikul beban akibat hantaman krisis moneter akibat krisis 1997, hantaman krisis keuangan global 2008 menerjang kita. Hampir setiap saat kita dihantam dengan gempa bumi, banjir bandang, kemarau panjang, kebakaran hutan, kelaparan, dan berbagai kecelakaan di darat, laut dan udara.

Ada apa yang terjadi di negeri ini? Mengapa kenikmatan telah berubah menjadi bencana? Mengapa kekayaan anugerah bias Tuhan musnah begitu saja, sehingga kita masih menjadi salah satu bangsa yang ‘miskin’?.

Mengapa ?

Sahabatku, mari kita dengarkan firman Allah swt: “(Siksaan) yang demikian itu terjadi karena sesungguhnya Allah tidak akan meng­ubah nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu bangsa sehingga bangsa itu mengubah apa yang ada dalam diri mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Keadaan bangsa itu sama dengan keadaan Fir‘aun dan pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya. Maka Kami binasakan mereka dengan dosa-dosa mereka dan Kami tenggelamkan Fir‘aun dan para pengikutnya. Semuanya adalah orang-orang yang zalim (Al-Anfal, 7:53-54).

Coba kita semua intropeksi diri kita masing-masing.

Jangan-jangan musibah yang menimpa kita ini karena seluruh bangsa ini sudah menjadi Ali Fir‘aun, keluarga besar Fir‘aun.

Jangan-jangan para pemegang kekuasaan di antara kita, para Pemimpin sudah menjadi Fir‘aun-Fir‘aun kecil yang menggunakan kekuasaan untuk mememperkaya diri dan golongannya, memeras yang lemah, menindas yang kecil, dan merampas hak orang yang tidak berdaya.

Jangan-jangan orang-orang kaya diantara kita kita sudah menjadi Qarun yang rakus mengumpulkan dunia dengan tidak peduli mana yang halal dan mana yang haram.

Demi uang, kita tidak ragu-­ragu untuk saling menghantam, saling menyakiti bahkan saling membunuh sesama saudara kita.

Hutan rimba kita bakar, kita jarah pohon-pohonnya yang jadi paru-paru dunia. Kita buru dan kita bunuh binatang-binatang yang ada di hutan rimba kita yang merupakan kekayaan alam kita.

Lautan kita bom untuk mendapatkan ikannya, kita curi kekayaan hayati di laut kita yang indah, kita curi pasir kita untuk dijual ke negeri orang, kita rusak laut kita sendiri.

Jangan-jangan kita sudah menjadi binatang-binatang buas. Zamrud Khatulistiwa sudah kita ubah menjadi rimba raya yang menakutkan.

Jangan-jangan para Profesor, para Doktor dan ilmuwan cerdik pandai kita sudah menjadi Haman, yang mempersembahkan kecerdasannnya untuk mengabdi kepada kezaliman. Kecerdikan mereka dipergunakan untuk meliciki orang banyak. Kepintaran mereka, mereka manfaatkan untuk “meminteri” orang-orang bodoh, untuk merampok kekayaan orang-orang bodoh.
Jangan-jangan para Ulama, para Kyai dan para ustadz kita sudah menjadi Bal‘am bin Ba‘ura. Mereka menjual ayat-ayat Allah untuk memenuhi hawa nafsu kita. Dengan kepintaran mereka, kita dibius seolah yang mereka ajarkan kepada kita mendekatkan diri kita kepada Tuhan, padahal sebenarnya mereka merampok kita dari jalan Tuhan.

Kita mengemas ambisi duniawi dengan ritus-ritus kesalehan. Seharusnya kita melangkahkan kaki kita ke gubuk-gubuk orang miskin dan mengetuk pintu mereka untuk memberikan bantuan kita. Tetapi kini, kita mengayunkan langkah ke istana para penguasa, menundukkan kepala kita di hadapan mereka, seraya menggumamkan ayat-ayat Allah untuk membenarkan kezaliman mereka.

Jangan-jangan kita semua sudah tidak peduli lagi dengan perintah-perintah Tuhan. Kita semua sudah menjadi budak­budak dunia.

Di mesjid, kita membesarkan asma Allah. Di luar mesjid kita menyepelekan DIA secara terang-terangan.

Di mesjid, seluruh anggota badan kita dipergunakan untuk beribadah kepada Tuhan. Di luar mesjid kita menggunakannya untuk bermaksiat kepada-Nya.

Tangan­tangan yang kita angkat dalam doa-doa kita adalah juga tangan-tangan yang bergelimang dosa.

Lidah-lidah yang kita getarkan untuk menyebut asma-Nya yang suci adalah juga lidah-lidah yang berlumuran kata-kata kotor.

Kepala yang kita rebahkan dalam sujud adalah juga kepala yang kita dongakkan dengan sombong di hadapan hamba-hamba Allah.

Marilah kita ubah musibah yang kita alami sekarang menjadi nikmat lagi, dengan mengubah perilaku kita.

Tinggalkan arogansi Fir‘aun, kerakusan Qarun, kelicikan Haman, dan kemunafikan Bal‘am.

Marilah kita akui dosa-dosa kita di hadapan DIA yang setiap saat dapat mencabut nyawa kita.

Sahabatku, marilah kita sama-sama bermunajat :

Ya Allah Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami sudah berbuat zalim terhadap diri kami dengan melakukan dosa. Jika tidak Engkau ampuni kami dan tidak menyayangi kami, tentulah kami termasuk orang-orang yang rugi.

Ya Rabb, janganlah Engkau menyiksa kami jika kami lupa atau berbuat dosa.

Ya Allah, jangan timpakan kepada kami beban seperti Engkau timpakan kepada umat sebelum kami.

Rabbana, jangan timpakan kepada kami siksa yang kami tidak sanggup memikulnya. Maafkan kami, ampuni kami, sayangi kami. Engkau sajalah Pelindung kami. Tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.*
-------------------------------------------------------------------------------
Semoga Bermanfaat
Wassalamualaikum wr.wb
Gus Imam Puji Hartono (IPH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar